KANKER serviks menjadi penyebab utama kematian wanita di Indonesia. Faktanya, satu wanita meninggal setiap jam akibat kanker serviks. Itulah alasan penting mendukung gerakan melawan kanker serviks.
Kanker serviks adalah keganasan yang terjadi pada leher rahim (serviks), yang merupakan bagian terendah dari rahim yang menonjol ke puncak liang sanggama (Miss V). Dimulai dari leher rahim, kemudian mencapai Miss V, dan secara bertahap menyebar jika tidak diberikan pengobatan.
Di Asia Pasifik, setiap empat menit seorang wanita meninggal akibat kanker seviks. Sementara rata-rata di dunia, satu wanita meninggal setiap dua menit.
"Memang sudah seharusnya kita memberi perhatian pada penyakit yang bisa menyebabkan kematian, utamanya kaum perempuan itu sendiri," kata Ani Susilo Bambang Yudhoyono dalam sambutannya di "Gerakan Perempuan Melawan Kanker Serviks" kerja sama PT Pertamina (Persero) dengan Female Cancer Program (FcP)- FKUI/RSCM, di Jalan Merdeka Timur, Jakarta Pusat, Kamis (6/10/2011).
Setiap wanita berisiko terjangkit kanker serviks selama hidup mereka, tanpa memandang usia dan gaya hidup. Baik wanita muda maupun dewasa berisiko kanker serviks yang disebabkan Human Papilloma Virus (HPV).
"Kanker serviks merupakan ancaman yang dapat menjadi beban kesehatan, mental, dan keuangan perempuan yang terkena. Fatalnya adalah kematian. Semua perempuan bisa terkena, terlepas dari kondisi sosial ekonomi, latar hidup, pendidikan, maupun gaya hidupnya," jelasnya.
Tiga tahun lalu, tepatnya 21 April 2008 di RS Dharmais, Ani SBY mencanangkan Program Nasional Deteksi Dini Kanker Serviks dan Kanker Payudara. Sebagai percepatan pencapaian program, gerakan dikampanyekan kembali hari ini.
"Saya ajak perempuan untuk mengubah paradigma tentang kanker serviks yang sebelumnya hanya menunggu, kalau ada keluhan baru ke dokter, menjadi proaktif dan kontinu melakukan pemeriksaan dini," imbuhnya.
Lebih dari 40 tahun kanker serviks menghantui perempuan Indonesia, terkadang tanpa kita sadari. Karena itu, ditukaskan Ani SBY, sudah sepatutnya wanita berubah.
"Mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat sehingga kecil kemungkinan kena kanker serviks, juga mengubah diri untuk peduli pada sesama perempuan yang berisiko kanker serviks," paparnya.
Di kesempatan yang sama, Menkes Dr Endang Rahayu Sedyaningsih MPH PhD mengatakan, sejak 2007, Kemenkes telah mengembangkan program deteksi dini kanker serviks dan payudara di 14 propinsi yang mencakup 63 kabupaten/kota. Pada 2014 diharapkan 25 persen kabupaten/kota dapat melakukan deteksi dini kanker serviks dengan sasaran 80 persen wanita usia subur berusia 30-50 tahun. (nsa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar